بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut pembahasan tentang adab bersin dan menguap, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,Allahumma aamin.

Adab Bersin

Di antara adab ketika bersin adalah sebagai berikut :

  • Bagi orang yang bersin disunahkan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bagi saudaranya hendaknya mendoakan rahmat untuknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: الحَمْدُ لِلَّهِ، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ، فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ، فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

“Apabila salah seorang di antara kamu bersin, maka hendaklah ia mengucapkan ‘Alhamdulillah,’ (artinya : segala puji bagi Allah) dan saudara atau kawannya hendaknya mengucapkan ‘Yarhamukallah’ (artinya : semoga Allah merahmatimu). Jika ia telah diucapkan ‘Yarhamukallah’ maka hendaknya dia (yang bersin) mengucapkan ‘Yahdikumullah wa Yushlihu Balakum’ (artinya : semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)

Ustadz Shalih bin Ali Abu Urad berkata, “Di dalam nasihat itu terdapat petunjuk Nabawi, bahwa apabila seorang muslim bersin, maka hendaknya ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala karena nikmat dan manfaat yang diperolehnya dari bersin itu yang mengeluarkan sesuatu yang tertahan di hidungnya. Oleh karena itu, pengajar dan pendidik agung Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala karena nikmat itu, dimana memuji pemberi nikmat karena nikmat yang diberikan merupakan bentuk akhlak yang mulia, mencintai kebenaran, dan mengakui kelebihan, serta menyikapi perbuatan baik dengan pujian terhadapnya. Di samping itu, dalam hadits juga diterangkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai bersin, karena di dalamnya membangkitkan semangat, menyegarkan jiwa, dan mengingatkan seseorang terhadap salah satu nikmat Allah, dimana Dia patut dipuji dan disebut karenanya, lalu tibalah giliran orang yang mendengarnya untuk mendoakannya; dengan mengucapkan kepadanya ‘Yarhamukallah’. Mendoakan orang yang bersin merupakan adab pendidikan nabawi yang terkait sosial kemasyarakatan; yang tumbuh dari akhlak yang mulia dan perasaan yang tinggi terhadap majlis-majlis kaum muslimin, sedangkan seorang muslim tidak patah semangat memburu kesempatan meskipun ringan untuk mendoakan saudaranya yang muslim dengan doa yang baik dan mulia.” (Al-Adab An-Nabawiyyah At-Tarbawiyyahhal. 58)

Mendoakan orang yang bersin ketika memuji Allah menurut Ulama Madzhab Zhahiri dan Ibnul ‘Arabi hukumnya wajib. Ada yang berpendapat, bahwa wajibnya adalah wajib kifayah.

Catatan :

1. Yang kita doakan dalam bersin adalah orang muslim yang bersin yang mengucap hamdalah, bukan non muslim. Apabila ada non muslim yang bersin mengucap Alhamdulillah maka doanya adalah “Yahdikumullah wa yushlih baalakum”  (sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi) karena mendoakan orang non muslim agar mendapatkan hidayah adalah boleh, lain halnya jika mendoakannya agar mendapatkan rahmat.

2. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Apabila makmum bersin pada hari Jum’at, maka ia hendaknya memuji Allah secara pelan. Jika dia menjahar(keras)kannya, lalu terdengar oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya, maka tidak boleh bagi mereka menjawabnya.” (Asy Syarhul Mumti’ 5/109)

  • Mendoakan orang yang bersin ketika dia memuji Allah. Jika tidak memuji Allah, maka kita tidak mendoakannya. Namun sebaiknya kita mengingatkan agar dia memuji Allah Azza wa Jalla.

Dari Abu Musa radhiyallahu anhu Ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللهَ، فَشَمِّتُوهُ، فَإِنْ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ، فَلَا تُشَمِّتُوهُ»

 “Apabila salah seorang di antara kamu bersin, lalu ia memuji Allah, maka doakanlah. Jika ia tidak memuji Allah, maka janganlah kalian doakan.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dan dianjurkan bagi orang yang hadir di hadapan orang yang bersin yang tidak mengucapkan hamdalah untuk mengingatkannya agar mengucap hamdalah, lalu ia mendoakannya, karena itu termasuk nasihat dan beramar ma’ruf.”

  • Meletakkan tangan atau ujung baju ke mulutnya ketika bersin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika bersin meletakkan tangan atau pakaiannya di mulutnya dan merendahkan suaranya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)

  • Mendoakannya (mengucapkan ‘yarhamukallah’) maksimal tiga kali. Jika bersin lagi pada keempat kalinya, maka ia mendoakan kesembuhan baginya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu secara marfu (dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam),

«شَمِّتْ أَخَاكَ ثَلَاثًا فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَامٌ»

“Jawablah (doakanlah ‘Yarhamukallah’) saudaramu sebanyak tiga kali. Selebihnya, maka berarti itu flu.” (HR. Abu Dawud, Syaikh Al Albani menyatakan hasan baik marfu maupun mauqufnya (dari sahabat)).

Mayoritas Ahli Ilmu memakruhkan menjawab bersin wanita asing yang masih muda, namun tidak makruh terhadap wanita tua, karena biasanya tidak terjadi fitnah ketika itu.

Faedah :

Apa sikap kita ketika ada yang bersin dalam shalat?

Jawab : Imam Nawawi dalam Syarah Muslim ketika mensyarahkan hadits Mu’awiyah bin Hakam yang bersin dalam shalat berkata, “Di dalam hadits tersebut terdapat larangan mendoakan orang yang bersin dalam shalat, dan bahwa ia termasuk ucapan manusia yang diharamkan (diucapkan) dalam shalat dan menjadikannya batal jika yang melakukannya mengetahui (hukumnya) dan sengaja. Kawan-kawan kami (yang semadzhab) berkata, “Jika ia menjawab “Yarhamukallah” dengan kaaf khithab (ada orang yang tertuju), maka batal shalatnya. Tetapi jika ia mengatakan “Allahummar hamhu” (Ya Allah rahmatilah) atau “Rahimallahu fulaanan” (semoga Allah merahmati si fulan), maka tidak batal shalat, karena bukan khithab. Adapun orang yang bersin dalam shalat, maka dianjurkan memuji Allah Ta’ala dengan sir (rahasia). Inilah madzhab kami. Pendapat ini dipegang oleh Imam Malik dan lainnya. adapun dari Ibnu Umar, An Nakha’iy dan Ahmad radhiyallahu ‘anhum, bahwa ia perlu menjahar(keras)kannya. Tetapi pendapat pertama lebih tampak, karena ia dzikr dan sunnahnya dzikr dalam shalat itu disirkan kecuali yang dikecualikan seperti membaca Al Qur’an pada sebagiannya, dsb.”

Adab Menguap

Di antara adab ketika menguap adalah,

  • Menahan nguap semampunya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam Beliau bersabda,

التَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ: هَا، ضَحِكَ الشَّيْطَانُ

“Menguap itu dari setan. Jika salah seorang di antara kamu menguap, maka tahanlah semampunya. Karena ketika seseorang membunyikan ‘Haa’, maka setan akan tertawa.” (HR. Bukhari)

  • Jika Ia tidak sanggup menahannya, maka Ia letakkan tangan atau bajunya ke mulutnya.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu Ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ، فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ»

“Apabila salah seorang di antara kamu menguap, maka tahanlah dengan tangannya ke mulutnya, karena setan akan masuk (bersama nguap).” (HR. Muslim)

  • Berusaha tidak mengangkat suara ketika menguap

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ العُطَاسَ، وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ، فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ، فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ، وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ: فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ، فَإِذَا قَالَ: هَا، ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika seorang bersin lalu memuji Allah, maka patut bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk menjawabnya. Adapun menguap, maka itu berasal dari setan, maka tahanlah semampunya. Jika ia membunyikan “haa”, maka setan akan tertawa.” (HR. Bukhari)

Wallahu a’lam, wa shallahu alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam

Marwan bin Musa

Maraji’ : Maktabah Syamilah versi 3.45At Tarbiyah ala Manhaj Ahlissunnah wal Jama’ah (Dr. Ahmad Farid), Untaian Mutiara Hadits(Penulis), dll.