Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurahkepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut pembahasan tentang keutamaan Tauhid dan bahaya syirik, serta segala perbuatan yang dapat menafikan tauhid atau mengurangi kesempurnaannya. Semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Keutamaan Tauhid

  1. Tauhid adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul ‘alaihimush shalatu was salam, inilah asas utama dakwah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” (QS. An Nahl: 36)

  1. Tauhid merupakan hak Allah Ta’ala yang paling besar yang harus dilaksanakan seorang hamba. Disebutkan dalam shahihain dari hadits Mu’adz radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلاَ يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً

“Hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah agar mereka beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.”

  1. Tauhid adalah rukun Islam yang pertama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسَةٍ: عَلَى أَنْ يُوَحِّدَ اللهَ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَالْحَجِّ

“Islam dibangun di atas lima dasar; mentauhidkan Allah (bersyahadat), mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhajji.” (HR. Muslim)

  1. Barang siapa yang mentauhidkan Allah, maka ia akan masuk surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ {{مُحَمَّدًا}} رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ 

“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkannya masuk neraka.” (HR. Muslim)

Dalam Shahih Muslim disebutkan,

عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِى أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « يَا عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ » . فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِى أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ . فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدُ لَهُ تِلْكَ الْمَقَالَةَ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ . وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « أَمَا وَاللَّهِ لأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ » . فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِى قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ) . وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِى أَبِى طَالِبٍ فَقَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّكَ لاَ تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ) .  

Dari Sa’id bin Al Musayyib dari ayahnya ia berkata, “Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan mendapatkan Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al Mughirah berada di dekatnya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai pamanku! Katakanlah “Laailaahaillallah” (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) sebagai kalimat yang dapat aku gunakan bersaksi untuk membelamu di hadapan Allah.” Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah pun berkata, “Hai Abu Thalib! Apakah kamu benci agama Abdul Muththalib,” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun mendorong Abu Thalib untuk mengucapkannya dan mengulang-ulangnya sehingga akhir ucapan Abu Thalib adalah, “Tetap di atas agama Abdul Muththalib” dan enggan mengucapkan Laailaahaillallah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Demi Allah, aku akan memintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang,” Allah pun menurunkan ayat, “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (QS. At Taubah: 113)

Allah Ta’ala juga menurunkan ayat tentang Abu Thalib. Firman Allah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al Qashshas: 56)

  1. Barang siapa yang meninggal tidak di atas tauhid, maka dia akan masuk neraka serta kekal di sana selama-lamanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ » .

“Barang siapa yang meninggal dalam keadaan berbuat syirik kepada Allah, maka dia akan masuk neraka.” (HR. Muslim)

  1. Tauhid adalah ketaatan yang paling besar, sedangkan syirk adalah kemaksiatan yang paling besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

"Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah ucapan “Laailaahaillallah” dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan hal yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang iman.” (HR. Muslim)

عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - قَالَ : سُئِلَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْكَبَائِرِ ؟ قَال :« الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ

Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang dosa-dosa besar, Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan bersaksi palsu.” (HR. Bukhari)

  1. Karena tauhid, dosa-dosa akan diampuni. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Sesungguhnya selama kamu berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli (betapa pun banyak dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam! seandainya dosa-dosamu setinggi awan di langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku sedikit pun, maka Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu.“ (HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan shahih”)

Dan keutamaan-keutamaan lainnya yang begitu banyak.

Oleh karena itu, merealisasikan tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, menyimpang daripadanya adalah jalan menuju kesengsaraan. Merealisasikan tauhid adalah jalan untuk mempersatukan umat, menyatukan barisannya, dan menyatukan kalimatnya. Sedangkan kurang peduli terhadap tauhid adalah sebab berpecah belahnya umat dan tidak bersatu.

Ketahuilah, bahwa tauhid (Laailaahaillallah) adalah kunci surga, akan tetapi setiap kunci memiliki gigi-gigi yang berbeda-beda, maka agar giginya sesuai, penuhilah syarat-syaratnya, yaitu:

  1. Mengetahui makna dan isinya, dimana makna dan isinya adalah nafyu (meniadakan sesembahan selain Allah) dan itsbat (menetapkan bahwa yang berhak disembah dan diibadahi) hanya Allah, sehingga tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah Ta’ala saja. Dalilnya adalah QS. Az Zukhruf: 86.
  2. Meyakini dengan tidak ragu-ragu (lihat QS. Al Hujurat: 15)
  3. Ikhlas, yakni mengucapkannya ikhlas bukan karena riya’, sum’ah, maupun kepentingan dunia lainnya (lihat QS. Az Zumar: 2).
  4. Jujur, yakni ia mengucapkan dengan lisannya dengan dibenarkan oleh hatinya (lihat QS. Al ‘Ankabut: 1-3).
  5. Mencintai kalimat ini dan konsekwensinya (lihat QS. Al Ma’idah: 54).
  6. Tunduk terhadap isinya dengan melaksanakannya (lihat QS. Luqman: 22).
  7. Menerima konsekwensi kalimat ini dengan hati dan lisannya (lihat QS. Ash Shaaffaat: 35-36).

Bersambung…

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam

Marwan bin Musa