بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurahkepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut lanjutan pembahasan tentang keutamaan Tauhid dan bahaya syirik,serta segala perbuatan yang dapat menafikan tauhid atau mengurangi kesempurnaannya. Semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Ikhwaani fillah, sebagaimana kita wajib mempraktekkan tauhid dan mengerjakan syarat-syarat Laailaahaillallah, kita pun wajib menjaga diri dari syirik besar maupun kecil, demikian juga menjauhi wasilah (sarana) yang bisa mengarah ke arah syirik, karena syirik adalah kezaliman yang paling besar.

Saudaraku, berikut ini sebagian perbuatan yang dapat merusak/meniadakan tauhid atau mengurangi kesempurnaannya atau menjadi wasilah/sarana yang mengarah kepada syirik:

  1. Beribadah kepada selain Allah. Contoh: berdoa, meminta pertolongan dan perlindungan, berkurban, bertawakkal, ruku’ atau sujud kepada selain Allah dan mengarahkan ibadah lainnya kepada selain Allah. Hal ini adalah syirik akbar (merusak/menafikan tauhid)[i].
  2. Memakai cincin, gelang, kalung atau benang untuk menghilangkan bala’, penyakit atau untuk menolaknya (baik yang terbuat dari kuningan, tembaga, besi, kulit maupun lainnya). Ini adalah syirik. Demikian juga memakai jimat untuk menarik manfaat dan menolak bahaya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ اَشْرَكَ

      “Barang siapa yang memakai jimat, maka ia telah berbuat syirik.”(Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Al Mundzir dan Al Haitsami berkata, “Para perawi Ahmad adalah tsiqah”, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahiihah, 492)

      Jika seseorang beranggapan bahwa cincin, gelang, kalung, dan semisalnya sebagai sebab sembuhnya dari penyakit atau terhindar dari marabahaya, maka hal ini dihukumi syirik ashghar, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala sama sekali tidak menjadikan sebab sembuhnya penyakit dengan benda-benda tersebut. Dan bisa menjadi Syirik Akbar apabila ia beranggapan bahwa gelang atau cincin tersebut dengan sendirinya bisa menyembuhkan penyakit atau bisa menghindarkan marabahaya, dsb.

  1. Melakukan ruqyah (jampi-jampi) yang syirik. Ruqyah yang syirik adalah ruqyah yang mengandung tulisan berisi mantra-mantra dan kata-kata yang tidak bisa dipahami serta meminta bantuan kepada jin untuk mengetahui penyakit atau melepaskan dari sihir.

      Termasuk syirik juga menggantungkan kertas, tembaga atau besi dalam sebuah mobil, motor, atau lainnya, tertulis di sana huruf-huruf atau kata-kata yang tidak dimengerti dan beranggapan bahwa hal itu dapat menjaganya dari keburukan.

  1. Bertabarruk (ngalap berkah) dengan benda, manusia, hewan atau lainnya. Mengusapnya dan mencari keberkahan darinya, atau bertabarruk dengan pohon-pohon, batu, keris dan lainnya. Hal ini adalah syirik.

      Abu Waaqid Al Laitsiy berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam menuju Hunain, ketika itu kami baru lepas dari kekafiran. Pada saat itu kaum musyrikin memiliki pohon bidara yang dijadikan tempat semayam dan tempat menggantungkan senjata, namanya Dzat anwath. Kami pun melewati pohon bidara, lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah! jadikanlah untuk kami Dzat anwath sebagaimana mereka memiliki zat anwath.” Maka Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allahu akbar, ini adalah kebiasaan (buruk orang-orang terdahulu). Demi Allah, yang diriku di Tangan-Nya, kalian telah mengatakan seperti kata-kata Bani Isra’il kepada Musa, “Jadikanlah untuk kami tuhan sebagaimana mereka memiliki tuhan,” Musa menjawab, “Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang bodoh.” Sungguh, kamu akan mengikuti kebiasaan (buruk) orang-orang sebelum kamu.” (HR. Tirmidzi dan ia menshahihkannya)

Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata -ketika ia mencium hajar aswad- , “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kamu adalah batu, tidak bisa memberikan madharrat dan tidak bisa menarik maslahat, kalau bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu niscaya aku tidak akan menciummu.”

Tabarruk yang benar 

Ketahuilah, bahwa berkah itu berasal dari Allah, dan sebagian makhluk-Nya ada yang diberi keberkahan. Namun tidak boleh mengatakan sesuatu ini ada berkahnya kecuali jika ada dalil baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah.

Contoh berkah pada sesuatu berdasarkan dalil adalah :

Þ      Berkah pada waktu misalnya berkah malam Lailatul qadr.

Þ      Berkah pada tempat, misalnya masjid yang tiga (Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha)

Þ      Berkah pada benda misalnya air Zamzam.

Þ      Berkah pada amal, semua amal saleh itu diberikan keberkahan.

Þ      Berkah pada diri, misalnya berkahnya diri para nabi. Tidak boleh mencari berkah pada diri seseorang kecuali pada diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsarnya, dan berkah pada diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sudah hilang dengan wafatnya Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

Tabarruk (mencari berkah) adalah termasuk masalah tauqiifiyyah (menunggu dalil). Oleh karena itu, tidak boleh ngalap (mencari) berkah kepada sesuatu yang tidak disebutkan dalam dalil bahwa di sana ada keberkahan.

  1. Menyembelih kurban untuk selain Allah, seperti untuk wali atau jin untuk menarik manfaat atau menolak madharrat. Ini adalah syirik akbar. Contohnya adalah membuat tumbal kepala kerbau ketika membangun jembatan, demikian juga menaruh sesaji di atap rumah agar rumahnya dilindungi dari bahaya.

Ali radhiyallahu 'anhu berkata dan ia memarfu’kannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

« لَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَهُ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ » . 

“Allah melaknat orang yang melaknat orang tuanya, Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melindungi pelaku kejahatan, dan Allah melaknat orang yang merubah batas-batas tanah.” (HR. Muslim)

Sebagaimana berkurban tidak boleh untuk selain Allah, kita juga dilarang menyembelih di tempat penyembelihan untuk selain Allah meskipun maksud penyembelihnya ikhlas lillah. Hal ini dimaksudkan untuk menutupi celah yang bisa mengarah kepada syirik.

عَنْ ثَابِتِ بْنِ اَلضَّحَّاكِ t قَالَ: نَذَرَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اَللَّهِ r أَنْ يَنْحَرَ إِبِلاً بِبُوَانَةَ, فَأَتَى رَسُولَ اَللَّهِ r فَسَأَلَهُ: فَقَالَ: "هَلْ كَانَ فِيهَا وَثَنٌ يُعْبَدُ ?" . قَالَ: لَا. قَالَ: "فَهَلْ كَانَ فِيهَا عِيدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ ?" فَقَالَ: لَا فَقَالَ: "أَوْفِ بِنَذْرِكَ; فَإِنَّهُ لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اَللَّهِ, وَلَا فِي قَطِيعَةِ رَحِمٍ, وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ اِبْنُ آدَمَ"

Dari Tsabit bin Adh Dhahhak radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Seseorang pernah bernadzar di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyembelih unta di Buwaanah, ia pun mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya tentang hal itu, Beliau pun balik bertanya, “Apakah di sana ada berhala yang disembah?” Dia menjawab, “Tidak” Beliau bertanya lagi, “Apakah di sana ada salah satu hari yang dirayakan oleh mereka (kaum musyrik)?” Dia menjawab, “Tidak,” lalu Beliau bersabda, “Penuhilah nadzarmu, karena tidak boleh memenuhi nadzar jika maksiat kepada Allah, memutuskan tali silaturrahim, dan dalam hal yang tidak dimiliki anak Adam.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Haafizh dalam At Talkhish dan Syaikh Al Albani dalam Takhrij Al Misykaat (3437) dan Shahihul Jami’(2548)).

Bersambung…

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam

Marwan bin Musa

 

[i] Syirik terbagi dua:

  1. Syirik Akbar (besar), yaitu mengadakan tandingan/sekutu bagi Allah baik dalam uluhiyyah maupun dalam rububiyyah. Dalam uluhiyyah misalnya dengan mengarahkan ibadah kepada selain Allah, sedangkan dalam rububiyyah misalnya beranggapan bahwa di samping Allah ada juga yang mengatur atau menguasai alam semesta. Syirik akbar ini menghilangkan/menafikan tauhid seseorang.
  2. Syirik Ashghar (kecil), yaitu ucapan, perbuatan dan niat yang dihukumi syirik oleh Islam, karena dapat mengarah kepada syirik akbar dan mengurangi kesempurnaan tauhid seseorang. Misalnya bersumpah dengan nama selain Allah, riya’, sum’ah, dsb.

Perbedaan antara syirik akbar dengan syirik ashghar adalah:

-      Syirik akbar mengeluarkan seseorang dari Islam, sedangkan syirik asghar tidak.

-      Syirik akbar menjadikan pelakunya kekal di neraka jika meninggal di atasnya, sedangkan syirik asghar tidak.

-      Syirik akbar menghapuskan seluruh amal, sedangkan syirik asghar tidak.