بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut pembahasan tentang adab memberi nasihat, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,Allahumma aamin.

Pengantar

Nasihat adalah salah satu di antara sendi-sendi Islam. Allah Ta'ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

"Demi masa.--Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,-- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan nasihat-menasihati untuk menetapi kesabaran." (Terj. QS. Al 'Ashr: 1-3)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

«الدِّينُ النَّصِيحَةُ»

"Agama itu nasihat (sikap tulus)."

Para sahabat bertanya, "Kepada siapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,

«لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ»

"Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, imam-imam kaum muslimin, dankaum muslimin semuanya."

Dari Jarir bin Abdullah  radhiyallahu 'anhu ia berkata,

«بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ»

"Aku membaiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan memberikan nasihat kepada setiap muslim." (Muttafaq 'alaih)

Nasihat memiliki adab-adabnya, di antaranya ada yang terkait dengan pemberi nasihat dan ada yang terkait dengan orang yang diberi nasihat.

Adab pemberi nasihat:

  1. Ikhlas,yakni orang yang memberi nasihat tidak ada maksudnya untuk menampakkan kecerdasan akalnya, atau membuka aib orang yang dinasihati atau memasyhurkan kesalahannya, akan tetapi tujuannya adalah menasihati dan memperbaiki serta mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
  2. Bijaksana, dan dengan pelajaran yang baik serta lemah-lembut.

Tutur kata yang baik merupakan kunci pembuka hati, Allah Ta'ala berfirman,

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Dan ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia.” (Qs. Al Baqarah: 83)

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. " (Terj. QS. An Nahl: 125)

  1. Tidak menyembunyikan nasihat

Seorang muslim mengetahui, bahwa nasihat adalah salah satu hak yang wajib ditunaikan untuk saudaranya kaum muslimin. Seorang mukmin adalah cerminan saudaranya, ia berikan nasihat kepadanya dan memberitahukan kekurangannya, dan tidak menyembunyikannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

«حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ»

"Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam."

Lalu ada yang bertanya, "Apa saja itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,

«إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ»

"Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya. Jika ia mengundangmu, maka penuhilah. Jika ia meminta nasihat, maka nasihatilah dia. Jika ia bersin, lalu memuji Allah, maka doakanlah. Jika ia sakit, maka jenguklah, dan jika ia meninggal dunia, maka iringilah jenazahnya." (HR. Muslim)

  1. Nasihat tersebut dilakukan secara rahasia.

Seorang muslim tidak membukai aib orang yang dinasihati dan tidak menyakiti perasaannya. Orang bijak berkata,

النَّصِيْحَةُ فِي الْمَلَأِ (الْعَلَنِ) فَضِيْحَةٌ

"Nasihat di hadapan banyak orang adalah membuka aib."

Sungguh indah ucapan Imam Syafi'i berikut:

تَغَمَّدَني بنُصْحِــكَ فِــي انْفِـــَرادِيْ

وَجَنِّبْنِــي النَّصِيْحَــةَ فِــي الجَمَاعةِ

فَـإنَّ النُّصْــحَ بَيـْـنَ النـَّـاسِ نَـوْعٌ

مِـنَ التـَّوْبِيْخِ لاَ أَرْضَى اسْــتِمَـاعَهُ

Engkau telah menutupiku saat dirimu menasihatiku secara sendiri

Jauhilah menasihatiku di hadapan banyak orang

Karena memberi nasihat di tengah-tengah manusia adalah salah satu bentuk mencacatkan yang aku tidak suka mendengarnya.

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila hendak menasihati yang hadir, maka Beliau bersabda, "Mengapa orang-orang melakukan ini?" atau, "Mengapa salah seorang di antara kamu melakukan itu?" (Tanpa menyebut nama)

  1. Menunaikan amanah dalam memberikan nasihat.

Oleh karena itu, janganlah ia membuat orang yang dinasihati tertipu dan jangan pula menganggap remeh masalah yang besar. Bahkan hendaknya ia mengerahkan kesungguhan dan berfikir dalam sebelum memberikan nasihat. Demikian juga hendaknya ia terangkan kerusakannya jika ada dengan cara tersembunyi dan amanah.

Adab orang yang dinasihati

  1. Hendaknya ia menerima nasihat dengan lapang dada, yakni dengan tidak bosan, sempit dada,atau sombong.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (Hr. Muslim)

Orang bijak berkata,

تَقَبَّلِ النَّصِيْحَةَ بِأَيِّ وَجْهٍ، وَأَدِّهَا عَلَى أَحْسَنِ وَجْهٍ

"Terimalah nasihat dari mana datangnya dan tunaikanlah dengan cara yang terbaik."

  1. Tidak terus-menerus di atas kebatilan.

Kembali kepada kebenaran adalah keutamaan dan berpegang dengan kebatilan adalah kehinaan. Oleh karena itu, seorang muslim berhati-hati agar tidak termasuk orang-orang yang Allah Ta'ala berfirman tentang mereka,

وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ

"Dan apabila dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah," bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya." (Terj. QS. Al Baqarah: 206)

  1. Mengambil nasihat dari orang muslim yangcerdas.

Yang demikian adalah karena orang yang cerdas memberikan faedah dengan akal dan hikmahnya.

Ia juga hendaknya menjauhi nasihat orang yang bodoh atau fasik, karena ia akan menimpakan madharrat kepadanya dari arah yang tidak ia sangka.

  1. Berterima kasih kepada orang yang memberi nasihat.

Hendaknya orang yang dinasihati menyampaikan rasa terima kasih kepada orang yang menasihatinya, karena barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka dia tidak berterima kasih kepada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اَلتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللهِ شُكْرٌ وَ تَرْكُهَا كُفْرٌ وَ مَنْ لاَ يَشْكُرِ الْقَلِيْلَ لاَ يَشْكُرُ الْكَثِيْرَ وَ مَنْ لاَ يَشْكُرِ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللهَ وَ الْجَمَاعَةُ بَرَكَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ

“Menyebut nikmat Allah adalah bentuk syukur dan meninggalkannya adalah kufur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mensyukuri yang banyak, dan barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah. Berjamaah adalah keberkahan, sedangkan perpecahan adalah azab.” (Hr. Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari Nu’man bin Basyir, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3014).

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil alamin.

Marwan bin Musa

Maraji’: Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li Abhatsil Qur’an was Sunnah), Maktabah Syamilah versi 3.45,http://islam.aljayyash.net , Modul Akhlak kelas 9 (Penulis) dll.