بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:

Berikut lanjutan syarah (penjelasan) ringkas terhadap Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi rahimahullah, yang banyak kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

**********

Imam Ahmad berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Hayyan bin Ala, telah menceritakan kepada kami Qathan bin Qabishah, dari ayahnya, bahwa ia mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعِيَافَةَ، وَالطَّرْقَ، وَالطِّيَرَةَ مِنَ الْجِبْتِ

“Sesungguhnya 'Iyafah, Tharq, dan Thiyarah termasuk Jibt.”

Auf berkata, “ 'Iyafah adalah meramal nasib dengan burung. Tharq adalah meramal nasib dengan membuat garis di atas tanah, sedangkan Jibt sebagaimana yang dikatakan Al Hasan adalah suara setan.” (Hadits tersebut isnadnya jayyid.  Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya juga meriwayatkan hadits tersebut tanpa menyebutkan tafsirannya).

**********

Penjelasan :

Hadits di atas diriwayatkan oleh Ahmad (3/477), (5/60), Abu Dawud (3907), Nasa’i dalam Al Kubra sebagaimana diterangkan dalam Tuhaftul Asyraf (8/275), Ibnu Hibban (1426-Mawarid), dan didhaifkan oleh Al Albani dalam Takhrij Riyadhush Shalihin (1668), demikian pula didhaifkan oleh pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah (15915 dan 20603). Hal itu karena majhulnya Hayyan dan tidak jelas nasabnya. Ada yang mengatakan, bahwa ia adalah Hayyan Al ‘Ala, atau Hayyan Abul ‘Ala, atau Hayyan bin Umair, atau Hayyan bin Makhariq Abul ‘Ala, wallahu a’lam, sedangkan para perawi lainnya adalah tsiqah.

Setelah penyusun (Syaikh Muhammad At Tamimi) rahimahullah menyebutkan tentang sihir dan hukumnya, maka di sini beliau menyebutkan sebagian contohnya karena sering terjadi, namun masih samar keadaan yang sebenarnya bagi manusia sehingga mereka mengira sebagai karamah, dan sampai mereka menyembah para pelaku sihir sehingga terjatuh ke dalam syirik besar.

Maksud meramal nasib dengan burung adalah dengan namanya, suaranya, dan terbangnya ke mana.

Termasuk ke dalam suara setan adalah semua lagu atau musik.

Kesimpulan :

1. Haramnya mengaku tahu yang ghaib, dan bahwa hal itu menafikan tauhid.

2. Haramnya meramal nasib dengan burung.

3. Haramnya lagu, nyanyian, dan alat musik karena termasuk suara setan dan dapat melalaikan seseorang dari ketaatan, serta dapat menghalangi manusia dari jalan Allah Azza wa Jalla.

4. Sihir termasuk syirik yang dapat menafikan tauhid, karena di dalamnya terdapat permintaan bantuan kepada setan serta bergantung kepada mereka.

**********

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مَنْ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ»

“Barang siapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sebenarnya ia telah mengambil salah satu cabang ilmu sihir, semakin bertambah ilmunya, maka semakin besar dosanya.” (HR. Abu Dawud dengan isnad yang shahih)

**********

Penjelasan:

Hadits di atas dalam Sunan Abu Dawud di no. 3905, dan dihasankan oleh Al Albani.

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberitahukan yang maksudnya adalah melarang dan memperingatkan, bahwa mempelajari sebagian ilmu nujum, sama saja telah mempelajari sebagian ilmu sihir. Setiap kali bertambah ilmu nujumnya, maka bertambah pula ilmu sihir, dan bertambah pula dosanya. Hal itu karena ilmu nujum merupakan bentuk meramal ilmu ghaib, dimana Ahli Nujum berusaha menyingkap peristiwa di masa mendatang, padahal hanya Allah yang mengetahuinya.

Hadits ini menunjukkan, bahwa ilmu nujum adalah satu ilmu sihir.

Kesimpulan :

1. Haramnya ilmu nujum, yakni ilmu yang mempelajari tentang berita di masa mendatang dengan bersandar kepada keadaan bintang. Hal ini haram, karena sama saja mengaku tahu yang gaib.

2. Ilmu nujum termasuk ilmu sihir yang dapat menafikan tauhid.

3. Semakin bertambah ilmu nujum seseseorang, maka semakin bertambah ilmu sihirnya, dan semakin bertambah pula dosanya.

**********

Dalam riwayat Nasa’i dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu disebutkan,

«مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً، ثُمَّ نَفَثَ فِيهَا فَقَدْ سَحَرَ، وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ»

“Barang siapa yang membuat suatu buhul, lalu meniupnya (sebagaimana yang dilakukan tukang sihir), maka sesungguhnya ia telah melakukan sihir. Barang siapa yang telah melakukan sihir, maka ia telah berbuat syirik, dan barang siapa yang bergantung kepada suatu benda (jimat), maka ia dijadikan Allah bersandar kepada benda tersebut.”

**********

Penjelasan :

Hadits di atas disebutkan dalam Sunan Nasa’i di no. 4079, namun didhaifkan oleh Al Albani rahimahullah. Di dalam sanadnya terdapat Abbad bin Maisarah seorang yang lunak haditsnya, sedangkan Al Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah.

Hadits di atas menerangkan salah satu macam sihir sebagai peringatan agar tidak melakukannya. Hadits tersebut juga menerangkan, bahwa salah satu macam sihir adalah membuat buhulan dari benang lalu meniup-niup dengan mengeluarkan ludah tipis sebagaimana yang dilakukan para pesihir agar tercapai maksud mereka sambil meminta bantuan kepada setan.

Kesimpulan :

1. Salah satu contoh sihir adalah membuat buhulan lalu meniup-niupnya.

2. Sihir merupakan kemusyrikan karena meminta bantuan kepada setan.

3. Barang siapa yang bergantung kepada selain Allah, maka dia akan ditelantarkan dan dihinakan.

**********

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ؟ هِيَ النَّمِيمَةُ الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ»

“Maukah kalian aku beritahukan tentang ‘adh? Ia adalah perbuatan mengadu domba, yaitu banyak membicarakan keburukan dan menghasut di antara manusia.” (HR. Muslim)

**********

Penjelasan :

Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar tidak mengadu domba, dan bahwa hal tersebut bagian dari sihir karena sama seperti sihir yang merusak hubungan manusia dan memecah belah mereka.

Kesimpulan :

1. Namimah (adu domba) merupakan salah satu bentuk sihir, karena seperti yang dilakukan para pesihir, yaitu merusak dan memecah belah hubungan manusia, tetapi tidak seperti pesihir hukumnya (tidak kafir dan tidak mendapatkan had yang sama seperti pesihir).

2. Haramnya namimah, dan bahwa hal itu termasuk dosa besar.

3. Pengajaran dengan metode tanya-jawab, dan bahwa hal itu dapat lebih masuk ke dalam hati manusia dan lebih diterima.

**********

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنَ البَيَانِ لَسِحْرًا

“Sesungguhnya di antara susunan kata yang indah itu terdapat sihir.”

**********

Penjelasan :

Hadits di atas dalam Shahih Bukhari no. 5146 dan Muslim no. 869.

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerangkan salah satu macam sihir, yaitu penggunaan sastra yang indah sehingga membuat hati terpedaya dan telinga serius menyimak. Penggunaan sastra yang indah menjadi tercela ketika digunakan untuk menghias kebatilan atau mencampuradukkan yang benar dengan yang batil sehingga kebenaran menjadi samar.

Kesimpulan :

1. Salah satu macam sihir adalah penggunaan sastra yang indah.

2. Penggunaan sastra yang indah yang menjadi salah satu macam sihir adalah ketika digunakan menghias kebatilan dan mengkritik kebenaran. Adapun jika digunakan untuk menghias kebenaran, menguatkannya, dan menyingkirkan kebatilan, maka hal ini terpuji.

Bersambung...

Marwan bin Musa

Maraji’ : Al Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan), Fathul Majid (Abdurrahman bin Hasan), Maktabah Syamilah versi 3.45, Tahdzibu Kamal (Yusuf bin Abdurrahman Al Mizziy), dll.